Mengikuti Jejak Karier Ikonis Mojoko
Lahir di Iran, dibesarkan di Hong Kong dan menempuh pendidikan di Eropa, Mojoko terkenal akan rekam jejak kariernya yang beragam, dari mulai kurasi, instalasi, desain interaktif dan seni murni.
Steve Lawler, atau lebih dikenal dengan Mojoko, lahir di Iran, dibesarkan di Hong Kong dan menempuh pendidikan di Eropa. Ia juga mengikuti residensi seni bergengsi FABRICA di Treviso, Italia Utara pada 2001, sebelum memulai karier desain interaktifnya di kantor pusat Diesel.
Mojoko menjalani banyak peran di dunia seni dari mulai seorang seniman, desainer, direktur seni dan direktur kreatif. Ia mendirikan majalah Kult, galeri dan studio, dan dengan cepat membangun reputasi akan kepiawaiannya yang beragam dari mulai bidang kurasi, instalasi, desain interaktif dan seni murni.
Dalam perjalanan kariernya itu, Mojoko juga pernah bekerjasama dengan lebih dari 600 seniman, desainer, dan animator tingkat global. Ia juga seorang direktur kreatif The Unusual Network, jaringan kreator internasional, di mana ia juga bertanggungjawab untuk penerbitan EYEYAH! – panduan ilustrasi dunia untuk anak-anak (dan juga dewasa).
Bagaimana Tayangan TV tak bermutu dan Desain Hong Kong menginspirasi jejak karier ikonis Mojoko
Anda berkebangsaan Inggris, lahir di Iran dan menghabiskan masa muda di Hong Kong. Hidup yang mengasikkan! Sepertinya Hong Kong akan selalu memberi pengaruh dalam karya seni Anda, kenapa kota tersebut yang jadi inspirasi?
Hong Kong memiliki banyak hal yang menginspirasi, dari mulai cahaya lampu neon, orang-orangnya yang ramai, apa yang ada di depan mata dan wanginya yang menyengat. Energi yang ada sangat memberi pengaruh dan jukstaposisi antara budaya Asia dan Barat terdapat di mana-mana; film China dengan terjemahan Inggris, atau poster film Rambo dengan tipografi China. Saya menemukan hal ini sangat menyenangkan dan masih begitu hingga saat ini. Memang ada kesan bernostalgia akan hal itu buat saya, tapi juga bersifat futuristik dan masih menjadi kota paling mengasikkan di dunia.
Karya seni Anda sangat terinpirasi dari film-film rating B, tayangan televisi tak bermutu, dan budaya alternatif. Kapan ini mulai terjadi?
Saya pikir hal itu lahir karena penolakan akan mainstream. Saya selalu benci akan musik pop dan film besar Hollywood. Saya lebih suka akan budaya dan musik alternatif yang lebih menarik dan tak biasa. Sebagai contoh dalam toko sewa video VHS misalnya, saya lebih mudah tertarik dengan barisan film yang punya judul atau tampilan yang unik, daripada film blockbuster. Mereka lebih punya intrik dan menggugah.
Apa medium favorit Anda saat membuat karya? Apakah kolase selalu menjadi inti dari proses kreatif?
Setiap yang saya bikin selalu ada unsur kolase, ini adalah interplay antara dua gagasan berbeda yang menciptakan cipratan ketertarikan. Proses kreatif dimulai dengan menghubungkan dua gagasan yang awalnya tidak berkaitan. Ide ini terus diolah dengan elemen-elemen lebih banyak, sehingga triknya adalah bagaimana mencoba dan mengontrol atau memandu gagasan itu sehingga menjadi konsep atau tema yang menarik.
Ceritakan lebih jauh akan koleksi komik, iklan-iklan di era 80-an, poster film rating B yang Anda miliki dalam beberapa tahun. Kapan Anda memulai mengoleksinya? Apakah masih mudah menemukannya atau sekarang Anda mencari referensi dan inspirasi lewat cara online?
Saya memulainya sekitar akhir 90-an. Semua dari mulai flyer Rave, tipografi, katalog jadul dan itu menjadi kebiasaan saat saya mengunjungi pasar tradisional dan atau pasar bekas. Saya biasanya membuat scrapbook dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal saling mengisi satu sama lain. Saya terus mencari hal baru lewat barang-barang usang, yang terus mendorong saya untuk berkarya dan menginspirasi. Dan ya, online menjadi salah satu sumber untuk menemukan hal tersebut, tapi di Asia hal-hal yang berbau budaya 60-an atau 70-an tak banyak yang terdokumentasi online, kamu harus mencarinya lewat cara lama.
Anda menyukai instalasi berskala besar dan juga tempat-tempat yang tak umum. Anda berkarya di Singapura, Tokyo, Taipei…Apakah ada kota besar yang Anda inginkan untuk berkarya dan menggelar pameran?
Saya sangat senang jika bisa melakukan lebih banyak pameran di Eropa. Paris, London, Amsterdam misalnya. Saya telah menjual beberapa karya saya di sana, dan memiliki beberapa pembeli, tapi belum pernah punya kesempatan untuk melakukan pameran di sana. Saya berharap suatu hari nanti bisa melakukannya.
Nama Mojoko terdengar funky dan juga universal….yang bisa saja berasal dari Jepang, Indonesia atau Nigeria. Kapan Anda menggunakan nama ini dan dari mana ia berasal?
Sebenarnya nama ini berasal dari proses percetakan CMYK. Saya bermain-main dengan warna di komputer dan menemukan M=0 Y=0 K=0. Ini terhubung dengan saya, dan benar kalau nama itu bisa jadi berasal dari Afrika, Jepang atau Indonesia. Saya menyukai fleksibelitas dari nama julukan ini.
Apakah Anda masih merasa sebagai orang Inggris setelah tinggal di Asia cukup lama?
Saya pikir saya punya gaya bercanda khas Inggris, tapi tidak begitu patriotik akan negara tersebut. Saya masih melihatnya sebagai patokan untuk kreativitas dan karya berkualitas, tapi saya juga menikmati perspektif global akan berbagai hal terkait seni, musik, film.
Di mana publik dapat melihat karya Anda secara online, apakah karya tersebut dijual?
Yang paling terbaru untuk melihat karya saya saat ini adalah via Instagram dan jika kamu mencari proyek lama dan cetakannya, silakan kunjungi situs saya.
Anda telah tinggal di Singapura selama 13 tahun. Bagaimana menurut Anda akan dunia seni Singapura dan perkembangannya? Apa yang Anda ingin lihat di masa mendatang? Apakah ada event seni yang ingin Anda datangi?
Saya pikir masalah terbesar adalah, dan bagaimana itu akan terus ada, seniman yang tak memiliki ruang untuk berkreasi dan menunjukkan karyanya. Hal ini lebih didominasi oleh galeri, yang berarti karya non komersil tak memiliki banyak kesempatan untuk berkembang. Seniman yang memiliki ruang lebih banyak selalu melahirkan karya-karya progresif, dan kita (masyarakat) mestinya melihat dan memelihara hal tersebut.
Apakah ada negara lain di Asia Tenggara yang menarik perhatian Anda dalam hal artistiknya: seperti Vietnam, Indonesia, Filipina atau Myanmar?
Saya selalu menyukai karya-karya visual yang kuat dari seniman Filipina dan Indonesia. Mereka menjadi favorit saya di Asia Tenggara, yang kemudian diikuti oleh Thailand. Saya dapat katakan, karya seni Korea juga menarik perhatian saya dalam beberapa waktu terakhir. Karya itu selalu mendorong melangkah maju, dorongan akan orisinalitas menjadi hal utama baik dalam medium maupun subjek yang ingin disampaikan. Penggalian lebih jauh mereka akan kerajinan dan patung kinetis adalah hal paling mengesankan.
Anda adalah salah satu favorit para kolektor di Asia Tenggara. Apakah beberapa karya seni Anda ditampilkan di Museum?
Saya mendengar ada beberapa karya saya yang ditampilkan di Museum tapi kebanyakan dari mereka adalah pameran sementara. Singapore Art Museum telah menjadi Patron terbesar, yang menayangkan instalasi digital dan patung sepanjang tahun. Saya memiliki beberapa proyek Museum saat ini tapi masih belum bisa diungkap lebih jauh.
Ceritakan pameran terbaru Anda yang kini hadir di Singapura, ‘The Secret Room’. Apa yang bisa kami temukan di sana?
‘The Secret Room’ atau ‘Ruang Rahasia’ menggambarkan akan misteri dan intrik di masa silam tapi dengan kejutan modern: dekonstruksi antik, lukisan tradisional dan objek dengan suntikan budaya internet kontemporer. Instalasi menggabungkan 20 karya seni baru dalam berbagai medium tradisional, seperti furnitur dari kayu, lampion, keramik dan kaca tapi dengan kejutan modern.
Jika ada satu nama mentor yang menginspirasi Anda dalam berkarya sebagai seorang seniman, siapakah dia?
Selama di tingkat dua di kampus, saya dan teman-teman memiliki modul film yang dibuat Dr. Chris Mullen. Ia mengenalkan saya pada gaya bercerita visual dan dunia sinema alternatif. Ia adalah orang paling cerdas dan mengetahui banyak hal. Ia memiliki salah satu arsip komprehensif terbesar yang dapat dilihat di sini: http://www.fulltable.com/VTS/index2.htm.
–
Ketahui lebih jauh tentang Mojoko: