Tag Archives: pameran seni

Singapore Biennale 2016: Panduan An Atlas of Mirrors

luxuo-id-zulkiflie-mahmod_sonicreflection_2016_image-courtesy-of-singapore-art-museum_1

Dari tempat kita berada, bagaimana kita menyaksikan dunia? Ini merupakan pertanyaan yang tim kuratorial Singapore Biennale telah menanyakan tahun ini. Hasilnya adalah “An Atlas of Mirrors”, sebuah pertunjukan terdiri dari 58 karya oleh 63 seniman dan kolektif seni dari 19 negara dan wilayah-wilayah Asia Tenggara, Timur dan Selatan.

Judul tersebut merupakan referensi kepada “atlas dan cermin yang telah menjadi penting dalam eksplorasi manusia di dunia seraya kita bernavigasi dan peta dari petualangan ke daerah tak diketahui,” jelas Dr. Susie Lingham, direktur kreatif dari Singapore Biennale 2016. “Diharapkan judul yang evokatif tersebut, yang mengacukan arah kuratorialnya, akan menarik dan menginspirasi penonton untuk mengeksplorasi dan mengalami berbagai cara melihat dunia dan diri sendiri.”

luxuo-id-deng-guoyuan_noahs-garden-ii_2016_image-courtesy-of-singapore-art-museum

Noah’s Garden II karya Deng Guoyuan di Singapore Biennale 2016 (Photo courtesy of Singapore Art Museum)

Terdapat sembilan ‘zona konseptual’ atau subtema – bernamakan ruang, waktu, memori, alam, batasan, agensi, identitas, perubahan tempat dan ketidakhadiran – dan setiap zona terdiri dari karya-karya individual dalam dialog dengan satu sama lain untuk menghadirkan karya final. Lebih dari 80 persent dari 58 karya seni dikomisikan secara spesial atau diadaptasi untuk edisi kelima dari Singapore Biennale. Karya-karya ini dari berbagai media menghadirkan perbedaan pandangan artistic dari pembuatnya, seraya mereka merefleksikan sejarah mereka dan realita saat ini di dalam wilayah tersebut.

Singapore Biennale 2016, sekarang hingga 26 February 2017, Singapore Art Museum dan venue lainnya. Tiket masuk seharga $20 untuk dewasa (tambahan $3 untuk multiple entry pass); $10 bagi siswa dan lansia (tambahan $3 untuk multiple entry pass); gratis untuk anak dibawah 6 tahun; dan $52 untuk keluarga (terdiri dari 2 orang dewasa & 2 anak). Buka pada 10 pagi hingga 7 malam tiap hari kecuali Jumat, yang tutup pada 9 malam. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di laman Singapore Biennale.

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca disini: Singapore Biennale 2016-2017 exhibitions: A short guide to An Atlas of Mirrors 

Mengingat Empat Pergerakan Seni Di 2017

Perbarui pengetahuan Anda tentang beberapa dari pergerakan seni terbesar sepanjang sejarah dengan keempat eksibisi ini di tahun 2017.

luxuo-id-rusia-avantgarde

“A Revolutionary Impulse: The Rise of the Russian Avant-Garde” – 3 Desember 2016 sampai 12 Maret 2017, di MoMA, New York, AS

MoMa sedang menarik kebangkitan dari pergerakan avant-garde Rusia, dari Perang Dunia I hingga akhir dari rencana lima-tahun pertama dari USSR (periode inter-perang). Bersamaan dengan ulang tahun ke-100 dari Revolusi Rusia, ia menampilkan proyek eksperimental pertama dari pergerakan tersebut (lukisan, gambar, pahatan, ukiran, buku, film, dan lain sebagainya.)

“Surrealism in Egypt: Art and Liberty 1938-1948” – 17 November 2017 sampai 11 Maret 2018 di Liverpool, Inggris

Ini adalah eksibisi museum komprehensif pertama tentang Art and Liberty Group (Art et Liberté -jama’at al-fann wa al-hurriyyah). Kolektif dari seniman dan penulis yang aktif berpolitik dengan tendensi surealisme ini hidup dan bekerja di Kairo pada akhir 1930an hingga akhir 1940an. “Surrealism in Egypt: Art and Liberty 1938-1948” menunjukkan bagaimana pergerakan tersebut – biasa diasosiasikan dengan seniman Eropa – melampaui batas, berkat perjalanan dan korespondensi dengan seniman seperti André Breton dan Lee Miller.

luxuo-id-preraphaelites

“Reflections: Van Eyck and the Pre-Raphaelites” – 4 Oktober 2017 sampai 2 April 2018, di The National Gallery, London, UK

The National Gallery berfokus pada lukisan “Arnolfini Portrait” oleh Van Eyck, mengeksplorasi bagaimana karya tersebut menjadi suar dari sumber gaya lukisan baru Pre-Raphaelites. Eksibisi ini menyatukan “Arnolfini Portrait” dan lukisan lainnya untuk pertama kali, mengutamakan pengaruh dari karya tersebut pada karya-karya Dante Gabriel Rossetti (1828-1882), Sir John Everett Millais (1829-1896) dan William Holman Hunt (1827-1910).

luxuo-id-australiaimpresionis

“Australia’s Impressionists” – 7 Desember 2016 sampai 26 Maret 2017, di The National Gallery, London, UK

“Australia’s Impressionists” adalah eksibisi Inggris pertama yang didekasikan untuk karya-karya impresionis Australia. Ia menampilkan pergerakan tersebut sebagai gelombang artistik unik, tentu saja terkait dengan rekan-rekan Perancis dan Inggrisnya namun tetap sepenuhnya berbeda.

Design Miami Menghadirkan Kolaborasi Merek Ternama

luxuo-id-sobremesa_pedro

Untuk edisi ke-12, Design Miami akan menghadirkan desain kolaborasi dari berbagai merek ternama, termasuk Maison Kitsuné, Fendi, Audi, Dean & DeLuca dan Airbnb. Fashion, gaya hidup, makanan, retail dan keramahan, kesemuanya terwakili dalam kolaborasi dari berbagai merek desain yang akan tampil dalam pameran tersebut. Highlights termasuk:

 

Maison Kitsuné – koleksi kapsul John Alcorn

Satu-satunya kolaborasi yang dihadirkan yang tidak dipertunjukkan sebagai bagian seksi Design Collaborations dari acara tersebut, koleksi kapsul ini dengan merek fashion Perancis Maison Kitsuné akan dihadirkan di program Market, yang mempesentasikan retail berarah desain. Edisi terbatas koleksi kapsul mini ini diciptakan melalui kerjasama dengan Design Miami, menghadirkan karya dari illustrator Amerika pada akhir 1960an, John Alcorn yang illustrasinya digunakan sebagai identitas pameran tersebut tahun ini. Koleksi ini juga akan tersedia di The Webster Miami, online di Maison Kitsuné dan di berbagai toko di Hong Kong, Paris, Tokyo dan New York.

Airbnb – ‘Sobremesa’

Desain studio Pedro&Juana, berbasis di Mexico City berada di belakang eksplorasi dari ruang terbagi ini, namanya mereferensikan tradisi Meksiko untuk tetap tinggal di meja untuk berbincang-bincang setelah makan. Terinpirasi dari ruang halaman khas Meksiko, instalasi tersebut akan berubah selama minggu tersebut untuk merepresentasikan bagaimana orang-orang hidup dan berpartisipasi di rumah-rumah Airbnb setelah beberapa waktu. Eksibisi tersebut juga menghadirkan hidangan, cocktail dan musik.

Dean & DeLuca – ‘Stage’

Retailer pasar dan bahan makanan mewah asal New York tersebut telah berpartner dengan arsitek Ole Scheeren untuk menciptakan sebuah prototipe dari desainnya untuk konsep retail makanan bernamakan Stage. Prototipe itu menghadirkan “obyek murni, bersinar dalam stainless steel berpoles dengan topografi berombak dari sistem tampilan yang canggih.” Stage akan beroperasi selama acara tersebut sebagai partner makanan Design Miami.

luxuo-id-dean_deluca_sta

Dean & DeLuca’s “Stage” by Ole Scheeren, Design Miami 2016 © Buro-OS

Fendi – ‘The Happy Room’

Merek mewah ini menginterpretasi sebuah ruang VIP moduler. Dengan volume sederhana dan bentuk membulat, ruangan dari arsitek Cristina Celestino mereferensikan lengkung Palazzo della Civiltà Italiana di Roma serta menghadirkan permainan kontras dari tipe-tipe pualam yang berbeda.

Audi – ‘The extra hour’

Merek mobil mewah Audi akan berkolaborasi dengan LEGO, terinspirasi oleh konsep mengemudi berpilot Audi RS 7. Menekankan ide bahwa teknologi ini menjadikan penggunanya untuk mengontrol waktu, instalasi tersebut menghadirkan 13 numeral ditata di sekeliling kendaraan untuk membentuk jam raksasa, dengan angka 25 sebagai simbolisasi “ekstra jam” dari hasil teknologi penyetiran.

Louis Vuitton – ‘Objets Nomades’

Instalasi ini akan menghadirkan kreasi ikonis dari koleksi furnitur Objets Nomades, termasuk Stool dari Atelier Oi, Cocoon oleh Campana Brothers, Bell Lamp oleh Barber & Osgerby, Swing Chair oleh Patricia Urquiola dan Lounge Chair oleh Marcel Wanders. Louis Vuitton juga akan memperlihatkan Blossom Stool, didesain oleh Tokujin Yoshioka, dan Fur Cocoon oleh Campana Brothers.

Design Miami, yang berdampingan dengan Art Basel Miami Beach, menyatakan diri sebagai “forum global untuk desain,” dengan sebuah fokus pada desain yang dapat dikoleksi. Pameran tahun ini berlangsung dari 30 November hingga 4 Desember.

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca disini: Design Miami Features Major Brand Collaborations

luxuo-id-elton-john

Tate Modern Menghadirkan Koleksi Foto Elton John

luxuo-id-tate

Penggemar Sir Elton John akan dapat mengetahui salah satu minat tersembunyi penyanyi dan penulis lagu asal Inggris tersebut: fotografi modernist. Hanya beberapa yang mengetahui bahwa ia memulai koleksi personal pada 1991, berfokus pada seniman dan karya-karya dalam medium. Sejak itu, ia telah mengumpulkan beberapa ribu fotografi.

Setelah menjaga koleksi tersebut bagi pribadi bertahun-tahun, Sir Elton John setuju untuk membuka sebagian dari itu kepada publik di Tate Modern, London, selama eksibisi spesial.

The Radical Eye: modernist photography from the Sir Elton John Collection” membawa beberapa karya terpilih tercetak diantara 1920 dan 1950 dari beberapa seniman avant-garde terkenal dari abad terakhir.

luxuo-id-elton-john

Sir Elton John

Dari fotografi documenter hingga potret dan karya abstrak, koleksi John akan mendokumentasi evolusi fotografi selama bagian awal abad ke-20. Karya-karya terpilih tersebut akan diterbangkan dari berbagai properti penyanyi tersebut di seluruh dunia. Sejumlah totalnya, lebih dari 150 fotografi langka dan ikonik oleh lebih dari 60 seniman akan ditampilkan.

Highlight yang diantisipasi dari eksibisi termasuk potret dari ikon abad ke-20 Georgia O’Keeffe, Jean Cocteau, Igor Stravinski, André Breton, Henri Matisse dan Pablo Picasso, dan juga karya modernist mendobrak lainnya dari fotografer André Kertész, Man Ray, Berenice Abbot, Alexandr Rodchenko, dan Edward Steichen.

The Radical Eye collection will be displayed in the Tate Modern, barely six months after the London museum completed its major architectural renovation in June 2016. Those interested in the exhibition are invited to join the conversation on social media using the hashtag #RadicalEye.

Koleksi Radical Eye ini akan ditampilkan di Tate Modern, hanya enam bulan setelah museum London menyelesaikan renovasi arsitektur pada Juni 2016. Mereka yang tertarik pada eksibisi tersebut diundang untuk mengikuti percakapan dalam media sosial menggunakan tagar #RadicalEye.

The Radical Eye: modernist photography from the Sir Elton John Collection“, Tate Modern London, dari 10 Nov hingga 7 Mei, 2017.

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca di sini: Tate Modern Hosts Elton John Photo Collection 

luxuo-id-glowing-woman-in-red-landscape

Seniman Elling Reitan: Sentuhan Norwegia

luxuo-id-glowing-woman-in-red-landscape

Elling Reitan adalah salah satu multi-seniman kontemporer paling terkenal di Norwegia. Karyanya termasuk lukisan, lukisan cat warna, lukisan arang, lithograf, goresan berwarna, karya kaca dan banyak lagi. Seringkali dijuluki sebagai ‘seniman dengan warna indah’, karyanya termasuk sebuah kolase warna cerah, motif dan gambar menjadi satu dalam komposisi yang mengugah.

luxuo-id-img_6394225

Terlahir di Trondheim pada 1949, Reitan melakukan debut pertamanya pada eksibisi berjuri di Kunstforening Trondheim pada usia 30. Ia menjadi murid seorang pelukis figuratif Norwegia Odd Nerdrum dan seniman Bjørn Sverrbo, dan terbangun dibawah bimbingan Jens Johannessen. Banyak dari gaya Johannessen, terutama penggunaan motif yang memikat dapat diobservasi pada karya-karya Reitan. Bahkan, Reitan menggunakan motif kupu-kupu di banyak karyanya untuk menghormati mentornya. Motif tersebut dapat terlihat mengembangkan sayapnya dari tubuh wanita di lukisan, yang ia deskripsikan sebagai “gambar dalam gambar”.

luxuo-id-mother-earth

Disamping mentor dan gurunya, Reitan mendapat pengaruh dari serangkaian pelukis klasikal dan teknik lama. Edvard Much dan motif religius Abad Pertengahan dalam warna kuat adalah sebagian dari kunci inspirasi yang tampak di karyanya. Ia juga seringkali menggunakan figure Madonna, yang adalah “Ibu dari semua wanita”, dalam karyanya. Mengambarkan wanita sebagai makhluk spiritual memantik ketertarikan seniman tersebut. Tema berulang lainnya adalah kerinduan pria dalam ruang dan waktu.

luxuo-id-img_639727

Banyak proses artistiknya beralur di sekitar refleksi kondisi dunia saat ini, dan karyanya diciptakan secara sengaja dengan beberapa lapisan dan perspektif. Pernyataan artistiknya juga menyebutkan bahwa ia tidak memiliki pesan tertentu melalui lukisannya, dan sebaliknya mengundang orang-orang untuk mencari makna bagi mereka sendiri dan mencari apa yang mereka dapatkan. Ia mendeskripsikan dunia saat ini sebagai “kejam” dan “sibuk”, dan kemudian menciptakan karya-karya ini sebagai respons akan kebutuhan kita untuk berefleksi dalam. Penggambaran kekacauan dan masalah, namun kecantikan dan keajaiban dalam kekacauan tersebut terlihat dari percampuran warna celah, garis dan tekstur.

luxuo-id-red-horizon

Sebagai tambahan, Reitan memiliki ciri khas dalam setiap karyanya: simbol Yin & Yang. Ia menyebutnya sebagai “pasangan hitam dan putih yang selalu berada dalam lukisannya.” Pasangan tersebut dalam hitam dan putih digunakan pertama kalinya pada 1983 untuk menciptakan kedalaman dalam lukisannya. Berasal dari filosofi Cina, salah satu pengaruh besar dalam karyanya, tetes air hitam dan putih menyatu untuk membentuk lingkaran sempurna. Mungkin ini adalah cara ia menambah elemen keseimbangan dalam teka-teki berwarna lukisannya. Saat ini pasangan sapuan tersebut telah menemukan lokasi naturalnya dalam seluruh karyanya dalam posisi sama rata sebagai ciri khas seniman tersebut.

luxuo-id-song-for-a-madona-oil

Hingga hari ini, sang seniman telah berpartisipasi pada lebih dari 150 eksibisi solo dan grup di Norwegia dan internasional, termasuk pameran terkenal seperti Los Angeles Art fair, Miami Art fair, juga the Asia Contemporary Art Fair di Hong Kong dan Shanghai Art Fair. Reitan saat ini dipresentasikan oleh Ashok Jain Gallery di New York, yang akan menunjukkan karya seniman dalam pertunjukan solo di booth mereka (#328) di Art Concept Miami 2016.

luxuo-id-the-unbearable-lightness-of-being

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Ashok Jain Gallery.

Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Art Republik.

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca di sini: Artist Elling Reitan: Norwegian Touch 

 

luxuo-id-evil

Eksibisi Mojoko Psycho Tropics, Singapura

luxuo-id-evil

The General Co akan menghadirkan – hingga 20 November 2016 di The Refinery, Singapura, ‘Psycho Tropics’ – sebuah pertunjukan seni baru oleh seniman visual berbasis Singapura, Mojoko, menampilkan lebih dari 20 karya baru. Dalam kolaborasi dengan Brilliant Prints, sang seniman telah menciptakan sebuah seri edisi berwarna yang akan tersedia dalam berbagai material seperti kanvas berformat besar dan simpanan hasil cetak kertas.

“Seri terbaru Mojoko adalah sebuah ledakan warna terinspirasi dari kegilaan masa modern yang dialami melalui hidup di iklim tropis Asia Tenggara. Karya seninya terinspirasi dari masa lampau, masa kini dan masa depan Singapura, memuntir dan mencampur gambar-gambar menjadi sebuah penyatuan budaya pop dari dunia hiper-sensorial teknologi, media, traffic, dan overpopulasi.”

Terlahir di Iran dan dibesarkan di Hong Kong, reputasi Mojoko yang terlatih di Fabrica adalah sangat mapan di jalanan dan dunia seni kontemporer. Setelah pertunjukan di museum, galeri, dan festival di sekeliling dunia, karyanya meliputi media baru, pahatan, screen printing dan kurasi. Ia menjadi salah satu pemilik Kult Gallery, dan menerbitkan majalah kuartal gratis kult magazine.

mojoko.net

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca di sini: Mojoko Psycho Tropics Exhibition, Singapore 

luxuo-id-titarubi_shadow-of-surrender

Singapore Biennale 2016: Mirror Mirror

luxuo-id-titarubi_shadow-of-surrender

Biennale Singapura yang berjudul puitis ‘An Atlas of Mirrors’, akan mempertunjukkan karya-karya seni dari Asia yang memperlihatkan kedekatan ikatan tiap negara di wilayahnya, dan dalam prosesnya memperlihatkan persamaaan dan perbedaan mendasarnya. Acara ini diorganisir oleh Singapore Art Museum (SAM) dan dikomisikan oleh National Arts Council of Singapore, dan akan dilaksanakan pada 27 Oktober hingga 26 Februari 2017.

Edisi sebelumnya, ‘If The World Changed’, dilaksanakan pada 2013, berfokus pada Asia Tenggara. ‘An Atlas of Mirrors’ memperluas fokusnya ke Asia Selatan dan Timur juga; diorganisasikan oleh Direktur Kreatif Susie Lingham dan tim kuratornya dari SAM: Joyce Toh, Tan Siuli, Louis Ho, Andrea Fam dan John Tung; bersama dengan rekan kurator Suman Gopinath dari Bangalore, India; Nur Hanim Khairuddin dari Ipoh, Malaysia; Xiang Liping dari Shanghai, Cina; dan Michael Lee dari Singapura.

Kali ini, hanya ada sembilan kurator, dibandingkan dengan 27 kurator yang terlibat di edisi Singapore Biennale sebelumnya. “Untuk edisi kali ini, kami memilih untuk memiliki tim kuratorial yang lebih kecil dibandingkan dari edisi 2013 sehingga perbincangan diantara semua yang terlibat akan menjadi lebih menarik,” kurator SAM Louis Ho menjelaskan.

luxuo-id-adeela-suleman_dread-of-not-night

Adeela Suleman Dread Of Not Night

Loka karya kuratorial diperlukan untuk memastikan standar tinggi dari eksibisi yang luas ini. “Semua proposal proyek telah diumumkan untuk direnungkan – dan didebatkan – yang menjadika beberapa sesi yang hidup dan berenergi. Itu adalah bagian dari proses kreatif,” ujar kurator SAM Andrea Fam. “Sebua eksibisi yang penting adalah satu yang memancing pemikiran dan memicu debat, dan skala usaha Singapore Biennale tentu saja meliputi aspek-aspek tersebut.”

Eksibisi tersebut akan menghadirkan lebih dari 60 karya dari lebih dari 50 seniman dari 19 negara dan wilayah. Singapura adalah negara yang paling banyak terwakili, dengan 10 seniman berpartisipasi, termasuk David Chan, Fyerool Darma dan Melissa Tan. Seniman Indonesian termasuk Ade Darmawan dan Eddy Susanto. Seniman Cina Qiu Zhijie dan Ni Youyu juga berpartisipasi. Dari Filipina, ada Martha Atienza, Patricia Eustaquio dan Dex Fernandez, diantaranya. Beberapa negara diwakili oleh seorang seniman. Sri Lanka contohnya, diwakili oleh Pala Pothupitiye, sementara Bangladesh diwakili oleh Munem Wasif.

Highlight

Mayoritas dari karya seni adalah ditugaskan atau adaptasi dari karya yang sudah ada yang merespon pada tema biennale. Sebuah highlight adalah instalasi video karya seniman Brunei Faizal Hamdan yang mengeksplorasi persimpangan dari migrasi paksa di Asia Tenggara selama Perang Dunia ke-II dan masa lalu keluarganya. “Kakek dari seniman tersebut dipaksa keluar ke Brunei dari Jawa oleh tentara Jepang, dan tetap tinggal setelah masa pendudukan berakhir untuk membesarkan keluarga,” ujar Fam. “Ini adalah karya penting dari seniman dari negara yang jarang direpresentasikan di sirkuit seni kontemporer – bahkan di wilayah ini.”

Seniman lain yang karyanya untuk Biennale adalah sebuah eksplorasi dari sejarah negaranya adalah ‘Black, White, Red’ (2016) karya Nguyen Phuong Linh, sebuah instalasi multimedia yang melihat perkebunan karet colonial di Vietnam Tengah dan Selatan dan cerita-cerita yang mereka hadirkan tentang Vietnam. “Saya menginvestigasi kebun karet tersebut dan bagaimana ia bergerak ke dataran tinggi selatan dan tengah Vietnam selama kolonialisasi Perancis, dan juga bagaimana proletariat muncul dan sosialisme bertumbuh,” ujar sang seniman, yang memulai karyanya dua tahun lalu. “Perkebunan karet tersebut dan tanahnya menginspirasi ketakutan dan pesona di dalam saya, membawa janji dari kekayaan yang tak dikenal dan kesempatan untuk menemukan spirit tua.”

luxuo-id-munem-wasif_land-of-undefined-territory

Munem Wasif

Sebagian dari seniman tersebut membahas isu terkini. Seniman Malaysia Azizan Palman mempresentasikan ‘Putar Alam Café’, sebuah karya interaktif dibuat khusus untuk Singapore Biennale. Menjelaskan penamaan dari kafe tersebut, jelas senimannya, “dalam Bahasa Malaysia, ‘putar alam’ merujuk pada seorang dukun, seseorang yang suka mencurangi, menipu, membodohi dan memperdaya orang lain untuk keuntungan egoisnya sendiri.” Kafe tersebut adalah tempat dimana penonton dapat mengobrol tentang permasalahan terkait superpower negara Barat di dunia pasca kolonial setelah disensor media.

Lokasinya didandani agar terlihat seperti kafe, namun juga terdapat informasi dan gambar yang telah dipilih senimannya untuk memulai diskusi tentang apa yang terjadi di dunia saat ini, yang difasilitasi seniman tersebut. Ia menyampaikan, “Dengan mempersilakan orang-orang dari latar belakang dan kondisi berbeda untuk berdiskusi tentang berbagai isu – mulai dari politis, ekonomis, dan sosial hingga religious, budaya dan seni – saya mencoba untuk menyelenggarakan eksperimen sosial untuk menunjukkan bagaimana media, yang kemungkinan adalah ‘dukun’ terbesar dari mereka semua, dapat mempengaruhi persepsi kita akan realita dan pengertian tentang hal-hal sekitar kita.

Sementara banyak karya seni yang dibuat spesial untuk biennale, 12 dari itu adalah pinjaman, dipilih akan relevansinya terhadap tema Biennale. Dua dari karya tersebut adalah dari seniman Hmong-Laos, Phasao Lao dan Tcheu Siong. Pasangan suami-istri ini berkontribusi kepada praktek seni satu sama lain yang berbeda. “Siong membantu suaminya dengan menampilkan tugas kecil di menjahit dan komposisi; dan Lao, sebagai dukun desa, menampilkan tugas signifikan sebagai interpreter melalui interpretasinya dari makhluk dan karakter abstrak ‘disaksikan’ di mimpi Siong yang kemudian dijadikan di karya tekstil skala besar,” jelas Ho. “Bersama, duo tersebut memproduksi karya yang berbicara tentang konsep universal dari silsilah, pergerakan dan migrasi dan simbolisme dan representasi.”

Situs utama dari Biennale akan bertempat di Singapore Art Museum di Bras Basah Road dan Sam at 8Q di Queen Street. Karya seni juga akan dipampangkan di berbagai lokasi bersejarah lainnya termasuk Asian Civilisation Museum, National Museum of Singapore, The Peranakan Museum. The SMU Green dan De Suantio Gallery, SMU, yang berlokasi di dalam Civic and Cultural District, juga akan merumahi beberapa karya.

luxuo-id-map-office_desert-islands_2009_goethe-institut-hong-kong

Map Office Desert Islands, 2009

Proyek Afiliasi

Sebagai tambahan, akan ada eksibisi di Institute of Contemporary Arts (ICA) Singapore di LASALLE College of the Arts, dan juga DECK disebelahnya, sebuah tempat seni independen didedikasikan untuk seni fotografi di Singapura dan Asia Tenggara, di Prinsep Street. Ini semua adalah proyek berafiliasi dari Singapore Biennale, dan refleksi akan tema kuratorialnya.

‘The World Precedes the Eye’ di ICA Singapore didukung oleh Lee Foundation and the Cultural Matching Fund. “Eksibisi ini mendalami seniman generasi terkini yang membuat berbagai bentuk baru dari pengetahuan dan pengalaman ‘material’,” ujar kurator Bala Starr, Silke Schmickl dan Melanie Pocock. “Judul dari eksibisi ini merefleksikan arah baru ke ‘realisme baru’ – sebuah konsep yang ‘matter matters’ – dalam seni kontemporer.”

Judul eksibisi ini juga tampaknya memainkan judul dari biennale meskipun ia menangkap esensi karyanya. Cermin tersebut, tanpa mata, tidak menjalankan fungsi mencerminkan apa yang ada di depannya. Tetapi untuk benar-benar melihat dunia, sebagaimana disimbolkan di atlas, kita harus memahami and mengapresiasi bahwa ia ada jauh sebelum manusia ada, dan mungkin akan terus ada setelahnya, dan memiliki kemungkinan yang tak terjamah dari kita. Para kuratornya mencatat bahwa “karya-karya ini mengisyaratkan keberadaan dari dunia material baru yang berada di luar batasan pengetahuan saat ini” dan bahwa “pelajaran ini adalah kita berbagi dunia ini dan bukan subyek primernya – dunia tidak dikonstruksi di pikiran kita.”

Sembilan seniman akan mempresentasikan karya yang menantang apa yang kita tahu akan dunia. Hal ini termasuk sebuah set dari 16 lukisan dan karya di atas kertas dari Firenze Lai dan sebuah instalasi film 16mm oleh Pratchaya Phinthong. Shimura Nobuhiro akan menghadirkan video lainnya berjudul ‘Ternak Jepang’. Sebuah karya suara oleh Zou Zhao akan diputar selama eksibisi. Seniman lain yang mengikuti adalah Ang Song-Ming, Cheng Ran, Matt Hinkley, Nabilah Nordin dan Zeyno Pekünlü. Melengkapi ‘The World Precedes the Eye’ adalah presentasi proyek solo, ‘Black-Hut’ oleh seniman Indonesia Boedi Widjaja yang melihat akan persimpangan dari arsitektur dengan memori kolektif dan personal.

DECK akan mempresentasikan dua eksibisi oleh seniman Singapura: ‘The Natural History of an Island’ oleh Ang Song Nian. Kedua eksibisi tersebut melihat akan intervensi manusia, di tata ruang alam. Zhao memetakan secara fotografis evolusi dari tata ruang alam Singapura melalui sejarah abad 20, sementara Ang menginvestigasi dampak dari polusi udara konstan dari kebakaran hutan di Indonesia waktu belakangan.

Cerita ini juga tersedia dalam bahasa Inggris. Baca di sini: Singapore Biennale 2016: Mirror Mirror

luxuo-id-031016-shchukin

Ikon Seni Modern: Koleksi Shchukin Mengunjungi Paris

luxuo-id-031016-shchukin

Koleksi Shchukin

Fondation Louis Vuitton di Paris akan mengadakan eksibisi yang memamerkan karya-karya dari koleksi Sergei Shchukin, sebagai bagian dari Perancis-Rusia Tahun Turisme Budaya. “Icons of Modern Art. The Shchuckin Collection” akan dimulai dari  22 Oktober 2016 sampai 20 Februari 2017, di Fondation Louis Vuitton di Paris, Perancis.

Shchukin adalah pendukung dan kolektor seni Perancis terkenal di awal abad ke-20. Pebisnis Rusia ini mulai berhubungan dengan pedagang benda seni tahun 1898, berawal dari Paul Durand-Ruel dan Ambroise Vollard, kemudian Berthe Weill, Eugène Druet, Clovis Sagot, Georges Bernheim serta Daniel Henry-Kahnweiler. Selera dan perolehan Shchukin juga dipengaruhi oleh hubungannya dengan seniman-seniman terkenal Henri Matisse dan Picasso. Di dalam eksibisinya, 130 karya dari para master Impressionist, Post-Impressionist dan Seni Modern akan terpampang, kesemuanya adalah dari koleksi Shchulkin. Termasuk juga ditampilkan karya-karya Monet, Cézanne, Gauguin, Rousseau, Derain, Matisse dan Picasso, juga Degas, Renoir, Toulouse-Lautrec serta Van Gogh.

Pameran ini akan mengeksplorasi pengaruh dari koleksi Shchulkin dalam perkembangan Cubo-Futurism, Suprematism and Constructivism. 30 karya tersebut bervariasi dari lukisan, kolase kertas, konstruksi, reliefs dan dua ukiran, termasuk item-item dari nama besar seni Rusia, seperti Malevich, Rodchenko, Larionov, Tatline, Popova dan Rozanova.

luxuo-id-031016-cezane

Paul Cézanne, “Man Smoking a Pipe,” 1890-1892.
© Courtesy Musée d’Etat des Beaux-Arts Pouchkine, Moscou
ICÔNES DE L’ART MODERNE. LA COLLECTION CHTCHOUKINE

Tahun Turisme Budaya Perancis-Rusia diluncurkan pada 4 April 2016. Mereka bertujuan untuk meningkatkan pertukaran pengunjung dari dua negara tersebut, mempromosikan potensi turisme dari wilayah yang kurang dikunjungi oleh publik dan terutama tentang warisan budayanya.

Eksibisi Fondation Louis Vuitton akan disertai oleh sekumpulan event, termasuk penampilan tari dan musik, yang mengedepankan dialog artistik antara Perancis dan Rusia diawal abad ke-20.

Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di www.fondationlouisvuitton.fr/

luxuo-id-031016-monet

Claude Monet, “Luncheon on the Grass,” 1866.
© Courtesy Musée d’Etat des Beaux-Arts Pouchkine, Moscou
ICÔNES DE L’ART MODERNE. LA COLLECTION CHTCHOUKINE

Cerita ini juga tersedia dalam bahasa Inggris. Baca di sini: Modern Art Icons: Shchukin Collection Visits Paris 

 

The Beauty of a Picture

 luxuo-id-bottega-veneta-art-of-collaboration-china2

Dimulai pada tanggal 8 Juni 2016, pameran Art of Collaboration Bottega Veneta akan tersaji di Pusat Seni Kontemporer Ullens (UCCA) yang terletak di Distrik 789 Art, Beijing.

Proyek seni Bottega Veneta yang sedang berlangsung mengundang fotografer dan seniman visual terkenal di dunia untuk berkolaborasi pada kampanye merek Italia yang diadakan setiap musim.

Pameran Art of Collaboration dibuka secara resmi oleh Tomas Maier, selaku Creative Director dari Bottega Veneta, yang telah bergabung sejak tahun 2001. Dimulai pada Rabu, 8 Juni 2016, pameran Art of Collaboration Bottega Veneta akan tersaji di Pusat Seni Kontemporer Ullens (UCCA), yang terletak di distrik 789 Art, Beijing.

luxuo-id-bottega-veneta-art-of-collaboration-china3

Proyek ini mencapai puncaknya pada tahun 2015 dengan merilis Bottega Veneta: Art of Collaboration, sebuah buku yang merupakan jilid terpenting bagi pecinta fotografi. Dibagikan pada setiap kampanye musiman dari 2002 sampai 2016, tubuh yang unik ini bekerja mendokumentasikan kolaborasi antara Tomas Maier dan semua seniman yang telah memberikan kontribusi pada penciptaan portofolio iklan Bottega Veneta, termasuk antara lain, Ralph Gibson, Jack Pierson, Peter Lindbergh, Robert Longo, Nan Goldin, David Armstrong dan Mona Kuhn.

Dikenal dengan komitmen yang kuat dalam mempromosikan perkembangan seni dan dialog budaya skala internasional, UCCA adalah suasana yang ideal untuk menyajikan estetika modernis Bottega Veneta melalui serangkaian potret individualistik berani yang mengungkapkan cerita di balik pertumbuhan organik sesuai visi Tomas Maier.

luxuo-id-bottega-veneta-art-of-collaboration-china

Pameran Art of Collaboration akan menampilkan foto- foto pilihan dan akan menjadi bagian dari program resmi UCCA sampai dengan 28 Juni 2016 yang lalu. Pembukaan untuk umum akan didahului dengan acara inaugurasi koktail yang diselenggarakan oleh Tomas Maier pada Selasa, 7 Juni, di dukung oleh fotografer Jack Pierson dan Ralph Gibson, yang berpartisipasi dalam seri kolaborasi khusus ini.

Pameran ini akan menjadi salah satu momen yang menjadi tonggak perjalanan perusahaan ini, yaitu ulang tahun ke 15 Tomas Maier sebagai Direktur Kreatif dan juga ulang tahun ke-50 sejak berdirinya perusahaan di Vicenza di wilayah Veneto Italia.

Artikel ini pertama kali diterbitkan di ART REPUBLIK Indonesia.