Tag Archives: Paris Fashion Week

luxuo-id-vetements-featured

Efek Vetements: Disrupsi Fashion

luxuo-id-vetements-2

Vetements Fashion Show Fashion Week, Koleksi Ready To Wear Fall Winter 2016 di Paris

Semua orang membicarakan tentang merek itu – desainer kolektif “anonim” yang berambisi untuk mengacak sistem yang malah menjadi penguasanya, sembari meraih persetujuan dari kaum elit fashion. Kita tahu bahwa Demna Gvasalia adalah desainer kepalanya dan saudara lelakinya Guram Gvasalia, adalah pemasarnya. Semua lainnya masih tetap tidak dikenal. Adalah mencerahkan untuk bersaksi atas kemenangan para pemberontak di ibukota fashion yang tradisional, Paris.

Tim di Vetement (dibaca vet-mahn) adalah orang-orang nominasi hadiah LVMH yang sukses, pintar dan menyenangkan. Sedikit dari mereka dianggap secara serius, bahkan lebih sedikit lagi yang berhasil menembus batas-batas mencengangkan fashion. Namun, grup tersebut telah mendapatkan pengalaman yang cukup untuk menavigasi industri ini. Gvasalia pernah bekerja baik untuk Marc Jacobs dan Nicolas Ghesquière di Louis Vuitton dan Maison Martin Margiela – rumah desain yang terakhir disebut pengaruhnya tampak jelas di desain Vetements. Sabuk-sabuk tower hanger, gaun bertudung rogue, bantalan bahu berlebihan dan punggung bongkok dari musim ini adalah hal-hal yang Margiela sendiri akan lakukan.

luxuo-id-vetements-1

Vetements Fashion Show Fashion Week, Koleksi Ready To Wear Fall Winter 2016 di Paris

Estetika tanpa-gender, tidak-peduli seperti Vetements adalah terlalu mudah – namun sulit – untuk dibuat kembali. Adalah pandangan “fashion tetapi bukan fashion” yang keseluruhan desainer fashion generasi baru sedang lakukan. Desainer The Public School Maxwell Osborne dan Dao-Yi Chow membawa aura tanpa-gender tahun 90an dengan DKNY. Jacquemus juga mengikuti pergerakan ini, berpindah dari ciri khas siluet cut-out menggemaskannya. Dalam kasus klasik “berarus ke atas”, Eckhaus Latta, Shan Hug, Off White dan Yeezy adalah beberapa dari merek streetwear terkemuka lainnya yang telah mengisi ruang kosong high-fashion. Malah, tanpa keberadaan merek-merek ini, Vetements tidak akan masuk akal.

Artikel ini pertama kali dipublikasikan di L’Officiel Singapore.

Cerita ini juga tersedia dalam bahasa Inggris: Baca di sini: Vetements Effect: Fashion Disruptors 

luxuo-id-chanel-featured

Pilihan Kami: Chanel Spring/Summer 2017

luxuo-id-chanel-featured

Chanel Spring/Summer 2017

Hubungan antara dunia fashion dan teknologi memang sudah terjalin cukup lama, dikuatkan dengan keberadaan media sosial yang membuat fashion aksesibel secara instan, kapanpun dan dimanapun. Terlepas dari itu, peleburan antara teknologi dan fashion sendiri secara fisik belum banyak terjadi secara nyata.

Chanel dikepalai sang Kaiser, Karl Lagerfeld mencoba menjembatani dua dunia tersebut dengan koleksi terbarunya yang berjalan di Paris Fashion Week Spring/Summer 2017, dengan koleksinya bernamakan “Data Center Chanel”. Pemaduan item-item berenda yang mengingatkan kita akan lingerie dengan berbagai warna neon eksplosif, berjalan di depan barisan papan sirkuit komputer lengkap dengan kabel terjajar menjadikan kontras yang cukup mengejutkan namun relevan, khas Chanel. “Ini adalah teknologi, tetapi dengan lingerie, ini adalah teknologi intim!” ujar Lagerfeld.

Peragaan dibuka dengan dua model yang didandani seagai robot – mengingatkan kita akan referensi futuristik Stromtrooper dari Star Wars – mengenakan setelan klasik, dengan identitas warna Chanel yaitu hitam putih.

luxuo-id-chanelss17-1b luxuo-id-chanelss17-1a

Kesan digital namun intim yang dinyatakan Lagerfeld di awal peragaan dapat diamati di kombinasi motif eksplosif warna-warni ini, dengan dress berenda warna nude yang terlihat kontras namun memikat.

luxuo-id-chanelss17-2a

Kembali ke tahun 80an ternyata masih menjadi tema pilihan desainer, salah satunya Karl Lagerfeld sendiri. Ciri khas era tersebut yaitu warna-warni neon dihadirkan dalam koleksi ini, dalam motif kotak-kotak dan secara konsisten dikombinasikan dengan lingerie maupun atasan setelan klasik Chanel.

luxuo-id-chanelss17-3a luxuo-id-chanelss17-3b

Unsur digital yang sangat terlihat dari penataan dekorasi runway disertakan juga dalam koleksi Chanel musim ini. Pola grafis yang menyerupai data board terlihat di beberapa item, seperti sweater warna hitam dan rok panjang berbelah tengah yang tinggi.

luxuo-id-chanelss17-4a luxuo-id-chanelss17-4b

Warna klasik Chanel yang juga merupakan identitasnya adalah hitam dan putih, dan kali ini Lagerfeld menunjukkannya dalam blus bergaris-garis halus, yang divariasikan dengan kerut-kerut baik di seluruh tubuh maupun beberapa titik kunci di atasan tersebut.

luxuo-id-chanelss17-5a luxuo-id-chanelss17-5b

luxuo-id-celine-featured

Pilihan Kami: Celine Spring/Summer 2017

Mencari titik keseimbangan diantara realita dan romansa, mungkin itu adalah maksud yang ingin diutarakan Phoebe Philo di koleksi Celine spring/summer 2017 kali ini, berjalan di runway di Tennis Club de Paris. Philo memiliki reputasi sebagai desainer yang lebih suka membiarkan koleksinya berbicara sendiri ketimbang harus menjelaskan secara gamblang. Dan sekali lagi, ia berhasil membuktikannya dengan item-item yang melambai dan dikontraskan dengan lainnya yang lebih berstruktur, busana wanita Celine musim ini melambangkan pertemuan antara dunia nyata dan imaginasi sehari-hari.

Siluet-siluet unik terlihat dari aksen di pinggang yang dipelintir dan dikerut, menciptakan kesan feminin yang berkelas melalui kombinasi berbagai material yang tidak biasa. Namun dibalik itu, kesan urban masih didapatkan dengan kemeja dibawah gaun tersebut, menarik kembali ke realita.

luxuo-id-celine1a luxuo-id-celine1b

Philo dikenal sebagai penikmat seni yang intelektual, dan pengaruh tersebut terlihat dari sapuan warna biru Yves Klein – seorang seniman Perancis yang berpengaruh di seni Eropa post-war – di beberapa gaunnya, memberikan kesan abstrak namun tertata dan disengaja.

luxuo-id-celine2a luxuo-id-celine2b

Di tengah-tengah berbagai kesegaran baru musim ini, Philo tetap mengikuti DNA Celine yang mengetengahkan figur-figur boxy dan minimalis, terlihat dari mantel-mantel berikut diatas setelan kemeja dan celana yang tampak seperti kelanjutan dari musim sebelumnya, spring/summer 2016.

luxuo-id-celine3a luxuo-id-celine3b

Satu aksentuasi menarik yang kami observasi dari Celine musim ini adalah crochet bustier yang menambahkan detail feminin. Bustier biasa diasosiasikan dengan sensualitas, namun dengan tekstur tidak biasa seperti crochet serta penataan gaya yang memadukannya diatas gaun tertutup maupun dibalik selempang bahu, Philo memberikan sentuhan berkelas nan berseni.

luxuo-id-celine4a luxuo-id-celine4b

Detail terhadap penampilan terbangun dari seluruh elemennya, dan kesempurnaan tersebut didemonstrasikan oleh Celine. Philo pun melengkapi koleksinya dengan pemakaian aksesoris-aksesoris unik seperti kaus kaki dipadankan dengan sepatu sandal dan sepatu hak tinggi.

luxuo-id-celine5a luxuo-id-celine5b

Wawancara: Desainer Esther Louise Dorhout Mees

esther-louise-dorhout-mees

Relaxnews bertemu dengan desainer Esther Louise Dorhout Mees sebelum show-nya di Paris Fashion Week pada tanggal Oktober 2 untuk lebih mengenal koleksinya. Selain membahas karya terkininya dan inspirasinya untuk musim ini, sang desainer juga mengutarakan pendapatnya tentang revolusi “see now, buy now” (lihat sekarang, beli sekarang) yang sedang melanda industri fashion.

Deskripsikan siluet koleksi womenswear untuk koleksi musim spring/summer 2017 anda?

Kombinasi siluet ramping, sangat organik dan kaya akan gerakan – dalam bentuk-bentuk struktural dan arsitektural.

Apa atau siapa yang menginspirasi koleksi spring/summer 2017 anda?

Sambaran petir dalam sosok manusia, dan bagaimana itu akan terlihat. Ketika anda selamat pada saat semburan listrik merambat pada tubuh manusia, hal itu akan meninggalkan bekas luka yang menakjubkan pada kulit. Di satu sisi, mereka sangat kelam, tetapi juga indah di waktu yang sama. Inilah dimana listrik bergerak melalui benda-benda dan menemukan jalur dengan resistansi terendah. Ini menginspirasi saya untuk melihat bekas luka pada kulit dan pergerakan cahaya, panas, dan listrik melalui benda-benda dan dampaknya pada sebuah materi.

Kepada siapakah koleksi ini ditujukan? Wanita seperti apa?

Saya selalu berkarya untuk wanita yang sama. Ini bukan mengenai berapa umurnya atau dimana dia berasal – saya tidak tertarik pada itu. Saya ingin berkarya untuk wanita yang memiliki mindset tertentu dalam hidup, wanita yang goal-oriented dan bertekad untuk mewujudkan impiannya. Saya mengagumi dia yang berkemauan kuat untuk menggapai tujuannya. Dia menggunakan fashion dengan natural, sebagai salah satu cara dia mengekspresikan identitasnya dan perasaannya pada hari itu. Saya senang menjadi bagian dari hidupnya, dan membantu dia merasa lebih empowered untuk menjalani harinya.

Siluet busana wanita masa kini bebas dari berbagai batasan – tidak ada lagi hal yang tabu dalam berpakaian. Apakah masih memungkinkan untuk merevolusi fashion di tahun 2017?

Menurut saya itu tergantung apa makna ‘merevolusi’. Kini bukan lagi tentang membebaskan diri dari korset, atau panjang rok wanita… Untungnya, kita sudah selesai dengan itu. Tetapi tentunya, fashion adalah pertanyaan dan jawaban untuk apapun yang terjadi dalam budaya dan cara pikir kita di suatu masa. Fashion akan selalu mempertanyakan, mencengangkan, menekankan atau mengembangkan. Apapun yang kita anggap mencengangkan, baru, atau segar akan selalu menjadi hal yang bertumbuh.

Dengan “see now buy now” dan penggabungan koleksi menswear dan womenswear, wajah dunia fashion sedang berganti. Bagaimana anda melihat masa depan?

Menurut saya memang sedang terjadi perubahan, yang bukan hal jelek. Tetapi juga… sedikit mengambang antara apa yang dulu dan apa yang akan datang… Seperti mencari, mempertanyakan dan mempertahankan di satu sisi, dan melawan sambil mencoba hal-hal baru di sisi lain, seperti masa pubertas. Saya tidak tahu dimana tujuannya – itulah menariknya. Tetapi inilah dimana seharusnya fashion berada di mata saya: kian berkembang dan berevolusi.

luxuo-id-3a-dior-featured

Pilihan Kami: Dior Spring/Summer 2017

Paris Fashion Week musim ini menjadi saksi debutnya Maria Grazia Chiuri sebagai creative director dari Dior. Sebagai wanita pertama yang berada di helm merek luxury fashion tersebut, Chiuri mengangkat tema feminisme secara terbuka, mengetengahkan olahraga anggar yang berdampingan dengan siluet klasik feminin, bisa diamati dari penggunaan elemen kostum olahraga tersebut dengan gaun tulle. Penggemar setia Dior mungkin akan terkejut – dan sedikit kebingungan, namun tidak ada salahnya mencoba menikmati pendekatan ini yang sama sekali baru dan menyegarkan.

Chiuri menunjukan keahliannya bermain dengan elemen-elemen feminin dan maskulin seperti yang terpampang pada beberapa kombinasi. Jaket kulit biker serta atasan menyerupai kostum anggar, ternyata dapat berpadu serasi dengan rok berbahan tulle dibawahnya.

luxuo-id-3a-dior-look-35 luxuo-id-3b-dior-look-61

Menghasilkan pembukaan koleksi yang mengejutkan, Chiuri memutuskan untuk mengawali koleksinya dengan serangkaian busana yang lagi-lagi mengambil elemen olahraga tersebut. Alasan Chiuri tentang mengapa anggar, bahwa olahraga tersebut menggunakan kombinasi pikiran dan gerakan yang seimbang, serta kostum bagi atlet perempuan tidak jauh berbeda dengan lelaki, menjadikannya simbol yang tepat sebagai perpaduan feminin dan maskulin.

luxuo-id-1a-dior-look-1 luxuo-id-1b-dior-look-9 luxuo-id-1c-dior-look-21

Disamping semua yang baru dan mengejutkan, penggemar setia Dior masih dapat menikmati tampilan klasik merek tersebut, yang tidak terlupakan oleh Chiuri tentunya. Jaket bar menjadi berpenampilan baru ketika dikombinasikan dengan statement t-shirt bertuliskan slogan feminisme, serta little black dress berpinggang kecil Dior klasik.

Fencing is a discipline in which the balance between thought and action, the harmony between mind and heart are essential. The uniform of the female fencer is, with the exception of some special protections, the same as for a male fencer. The female body adapts itself to an outfit which, in turn, seems to have been shaped to its curves luxuo-id-2b-dior-look-45

Ditampilkan juga beberapa gaun dengan atasan balconette bustier, berbahan tulle dalam ragam warna hitam dan kulit. Tak lupa, Chiuri masih berkreasi dengan tampilan feminin dan sporty, dilihat dari penggunaan tali bahu dan pinggang karet bertuliskan Dior namun dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi cantik.

luxuo-id-4a-dior-look-46 luxuo-id-4b-dior-look-36 luxuo-id-4c-dior-look-62

 

Pilihan Kami: Louis Vuitton Spring/Summer 2017

Kami sudah terbiasa dengan image Louis Vuitton yang semakin metropolitan. Sejak kehadiran creative director Nicolas Ghesquière pada musim Fall/Winter 2014, ia tak terhenti mengeluarkan busana yang kuat nan feminin secara konsisten. Dengan gagasan serupa musim-musim lalu, Ghesquière memperlihatkan kami bagaimana wanita moderen menjelajahi dunia. Namun yang membuat karyanya spesial kali ini adalah terlihatnya peran penting Paris dalam mempengaruhi mode, perempuan dan desain Ghesquière. Kali ini, penggunaan warna pop membuat pernyataan kontemporer yang kuat.

luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_04luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_19luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_37

Kekuatan dari koleksi musim ini adalah serangkaian gaun grafis yang ditampilkan pada akhir acara. Gaun-gaun tersebut tidak tersulam, melainkan titik-titik yang ditempelkan pada kain — kerumitannya tetap berkilau. Sedikit seksi, namun sangat elegan secara keseluruhan.

luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_45 luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_44

Beragam pola-pola juga merupakan bagian penting dari koleksi ini, dengan polkadot, garis-garis lebar serta plaid yang digunakan secara bebas.

luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_21   luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_16 luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_05

Tidak terlupakan juga adalah silhouette khas Ghesquière, yang kuat pada pundak dengan detail-detail potongan yang muncul pada bagian-bagian yang tak terduga.

luxuo-id-louis_vuitton_ss17_look_35

luxuo-id-intel_hussein_c-1

Fashion Masa Depan: Hussein Chalayan SS17 x Intel

luxuo-id-intel_hussein_c-2

Kacamata berteknologi Chalayan x Intel SS17

Pembicaraan teknologi di kalangan fashion biasanya membahas fenomena “lihat sekarang, beli sekarang”, dengan wearable technology tak nampak di acara runway – kecuali di Hussein Chalayan SS17, yang menampilkan kolaborasi menarik dengan Intel.

Koleksi SS17 dan acara runway Chalayan di Paris Fashion Week mempresentasikan aksesoris connected dan wearable dari teknologi Intel, termasuk kacamata dan sabuk yang muncul untuk pertama kalinya.

Didesain untuk meningkatkan kesadaran dan pengendalian level stres, aksesoris tersebut mendemonstrasikan cara lain bagaimana fashion dan teknologi bisa bergabung di tengah trend terkini untuk tracker kesehatan dan wearables.

Ditenagai oleh Intel® CurieTM module, produk hardware yang kecil dan berdaya rendah, kacamata tersebut mengumpulkan data biometrik dari pemakai, dengan menggunakan sensor yang memonitor gelombang otak, daya pompa jantung and data pernafasan untuk menurunkan stres di waktu nyata.

Pada presentasi tersebut, data biometrik sang pemakai terkirim ke sabuk model dengan Bluetooth, yang menggunakan Intel® Compute Stick, alat komputer mungil, menerima data dari kacamata dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi visualisasi yang menginterpretasi tingkatan stres sang pemakai. Visualisasi ini diproyeksi oleh sabuk tersebut pada tembok dan juga model yang berjalan di runway.

Visualisasi yang terproyeksi kemudian mengingatkan sang pemakai untuk berusaha mengurangi tingkat stres dimana diperlukan, dengan gambar yang berubah di waktu nyata seiring respon tubuh.

Intel dan Chalayan menunjukkan lima studi kacamata dan sabuk unik ini, dimana setelah Paris Fashion Week akan dipamerkan di pameran “Fear and Love: Reactions to a Complex World” di Design Museum, London mulai November.

luxuo-id-intel_hussein_c-1

Kacamata dan sabuk berteknologi Chalayan x Intel SS17

Desainer fashion Hussein Chalayan meluncurkan di hari Jumat kolaborasinya dengan raksasa teknologi Intel dalam serangkaian kacamata dan sabuk connected wearable.

 

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca disini: Future Fashion Hussein Chalayan SS17 Taps Intel

Saint Laurent SS 2017: Vaccarello Menyalurkan Yves

luxuo-id-saint-laurent-atmosphere2

Koleksi Anthony Vaccarello untuk Saint Laurent yang telah dinanti-nanti industri mode beberapa bulan ini akhirnya ditampilkan pada Paris Fashion Week. Desainer asal Belgia ini meneruskan arahan glam dan grunge chic pendahulunya, Hedi Slimane, sekaligus menambahkan unsur seksi yang tak tersensor. Dengan lain kata, katakanlah sampai tinggal kepada cela setinggi paha, dan sambutlah rok mini yang benar-benar mini.

Kulit hitam merupakan elemen yang dominan, hadir dalam berbagai rupa dari minidress ke jaket bomber; mantel, atasan tipis serta gaun provokatif yang memperlihatkan satu sisi dari payudara. Almarhum Yves mencintai warna hitam, namun Vaccarello dengan jelas menghormatinya. Hanya beberapa bahan denim, lamé perak dan elemen putih memecahkan kemegahan monokromatik.

screen-shot-2016-09-30-at-11-58-06-pm

Namun, satu hal yang memikat perhatian semua orang adalah sepasang stiletto lancip berwarna hitam dengan logo YSL sebagai hak. Trademark merek Perancis ini, Le Smoking jacket, juga direferensikan sebagai penghormatan terhadap Grace Jones, penggemar besar dari penemu rumah mode tersebut.

Koleksi tersebut juga dipuji oleh para penonton front row, termasuk penyanyi Jane Birkin dan para putrinya, serta pasangan dari almarhum Saint Laurent, Pierre Bergé. Ia kemudian mengkatakan kepada para reporter bahwa ia “sangat menyukai referensi-referensi” yang ditujukan kepada gaya pribadi Yves, dan “kode-kode, kosa kata, serta sintaksis… setelah itu Anda dapat berbuat apa saja.”

Saksikan pertunjukan koleksinya di saintlaurent.com